KULTUR JARINGAN TANAMAN
TEBU
Tanaman Tebu ( Saccaharum officinarum, L ) merupakan
tanaman perkebunan semusim, yang mempunyai sifat tersendiri, sebab didalam
batangnya terdapat zat gula.
A.
Syarat tubuh tebu di dalam pembudidayaannya adalah :
1. Curah Hujan Pertumbuhan tanaman tebu
pada masa vegetatif menuntut jumlah hujan bulanan minimal 100 mm selama 6-7
bulan sedang masa generatif mentut 2-4 bulan kering untuk proses kemasakan tebu
( curah hujan bulanan kurang dari 100 mm ) sedangkan curah hujan tahunan 1500 –
3000 mm Pertumbuhan tebu normal
membutuhkan pertumbuhan vegetatif selama
6-7 bulan, dalam masa itu jumlah air yang dibutuhkan untuk evapotranspirasi
adalah 3-4 mm air perhari berarti jumlah hujan bulanan selama masa pertumbuhan
tebu minimal 100 mm. Lawat fase vegetatif tebu memerlukan 2-4 bulan kering (
<100 mm ) untuk proses kematangan tebu bila curah hujan diatas
evapotranspirasi akan berakibat kemasakan tebu terhambat dan kadar gula rendah
.Curah hujan yang tinggi pada waktu tanaman tebu mencapai umur masak akan
menyebabkan pembentukan gula rendah. Sebab, sinar matahari terhalangi oleh
awan, sehingga proses fotosintesis terhambat sekaligus proses pembentukan gula
terhambat, terbentuknya rendemen rendah, dan tebu mencapai masak optimal
terhambat pula
2. Intensitas cahaya Radiasi sinar
matahari dibuthkan untuk membentuk kamar tumbuh akan mengatur pertunasan dan
perpanjangan batang tebu serta dipakai untuk fotosintesis yang menghasilkan
gula.
3. Angin Kecepatan angin kurang dari 10
km/jam sangat baik untuk pertumbuhan tebu, oleh karena itu angin dapat
menurunkan suhu dan kadar gas asam arang (CO2) disekitar tajuk tebu. Kecepatan
angin lebih dari10 km/jam didertai hujan lebat akan merugikan tanaman tebu
karena dapat meningkatkan penguapan
4. Suhu Suhu optimal untuk pertumbuhan
tebu berksar 24°– 30° C sedangkan beda suhu musiamn tidak lebih dari 6°C. Beda
suhu siang dan malam di dataran tidak lebih dari 10°C. 5. Kelembapan Kelembapan
nisbi tinggi dapat membentuk kabut yang dapt menghalangi radiasi cahaya
matahari sehingga proses fotosintesis terhambat.Kelembapan udara nisbi tidak
banyak berpengaruh pada pertumbuhan tanaman tebu, asal cukup tersedia air dalam
tanah
Tahapan Kultur Jaringan Tebu :
1.
Penyiapan media
a) Penyiapan tabung-tabung
kultur
b) Penuangan larutan media
c) Kegiatan pemasakan media
d)
Penutupan tabung-tabung kultur
e) Kegiatan sterilisasi
f) Penyimpanan media
pada ruang inkubasi media
Media yang digunkan untuk perkembangbiakan kultur jaringan
tebu adalah media MS dengan penggunaan ZPT untuk MS I adalah kinetin dan 2,4 D
sedangkan pada MS II ZPT yang digunakan adalah kinetin dan IAA ( Komposisi
media MS I dan MS II terlampir ). Dalam kegiatan pembuatan media harus
menghasilkan media yang bebas dari mikroba. Oleh karena itu media yang dibuat
harus disterilkan dengan menggunakan autoclave dengan suhu 121ÂșC, tekanan 1,5
psi selama 30 menit. Kemudian media yang dibuat tersebut dituang dalam botol
yang sudah steril tadi lalu ditutup dengan alumunium foil.
Media yang terkontaminasi kemungkinan
disebabkan karena kondisi laboratorium dan ruang pertumbuhan yang kurang steril
serta tabung kultur yang tidak steril. Kondisi laboratorium yang tidak pernah
dilakukan sterilisasi menggunakan formalin kemungkinan juga mempengaruhi proses
pembiakan secara kultur jaringan. Penggunaan formalin ditujukan agar dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme phatogen sebagai sumber kontaminan bahkan
dapat membuat mikroorganisme tersebut mati. Jadi formalin sangat diperlukan
untuk menunjang kelancaran pembiakan kultur jaringan.
2.
Inisiasi
a) Pengambilan eksplan
b) Pembersihan eksplan
c) Persiapan laminar
d) Kegiatan penanaman/inokulasi
e) Penyimpanan
hasil inisiasi pada rak kultur
Dalam melakukan kegiatan inisiasi pengenalan eksplan sangat
dibutuhkan, karena apabila kita mengetahui sifat fisiologi dari eksplan
tersebut maka akan lebih mudah dalam melakukan perkembangbiakan secara kultur
jaringan ini. Keadaan eksplan juga sangat menentukan sekali dalam kultur
jaringan. Apabila keadaan eksplan tersebut tidak sehat atau tidak sesuai dengan
kriteria sebagai eksplan yang baik maka kemungkinan besar hasil yang akan di
dapat tidak akan optimal.
Adapun kriteria-kriteria tanaman
Shaccharum officinarum yang
dapat digunakan sebagai eksplan adalah sebagai berikut:
A. Bebas
hama dan penyakit
Bagian tanaman yang akan digunakan sebagai bahan eksplan
harus bebas dari hama dan penyakit tanaman. Hama yang biasa menyerang pada
tanaman ini adalah penggerek pucuk, penggerek batang. Sedangkan penyakit yang
sering muncul adalah penyakit mozaik yang disebabakan oleh virus. Tanda-tanda
tanaman Shaccharum officinarum apabila terserang oleh penggerek pucuk
adalah terdapat lorong gerek pada ibu tulang daun, deretan lubang gerekan,
lorong gerek yang lurus di bagian tengah pucuk tanaman sampai ruas mudadibawah
titik tumbuh. Sedangkan tanda-tanda apabila tanaman Shaccharum officinarum
terserang penggerek batang adalah timbulnya bercak-bercak putih bekas gerekan
pada daun, terdapat lorong gerekan pada bagian dalam pelepah serta terdapat
lorong gerekan pada ruas-ruas. Penyakit mozaik yang disebabkan karena virus ini
akn menimbulkan noda atau garis berwarna hijau dan kuning pada daun yang
sejajar dengan bekas pembuluh.
B. Umur
tanaman Shaccharum officinarum antara 5-6 bulan
Keadaan eksplan dalam umur fisiologi juvenil akan cenderung
lebih cepat berkembang dibandingkan dengan eksplan yang umur fisiologinya
mendekati masa mature. Bagian tanaman yang akan digunakan sebagai eksplan yang
mempunyai umur fisiologi mendekati mature seringkali mengalami browning yang
pada akhirnya akan menimbulkan kematian pada tanaman tersebut.
Inisiasi adalah kegiatan penanaman eksplan pada media buatan
yang telah mengandung nutrisi yng dibutuhkan oleh tanaman. Sebelum melakukan
kegiatan inisiasi langkah awal yang ahrus dilakukan adalah sterilisasi bahan
tanam. Sterilisasi bahan tanaman (eksplan) merupakan hal penting yang dapat
menentukan keberhasilan penanaman secara in vitro. Eksplan yang akan ditanam
harus bebas dari mikroorganisme kontaminan. Tahap sterilisasi sering menjadi
kendala utama dalam perbanyakan tanaman secara in vitro. Apalagi pada tanaman
tebu yang mempunyai kandungan senyawa fenol yang cukup tinggi. Untuk tanaman
Shaccharum officinarum ini tehnik sterilisasi yang digunakan sedikit dengan
tanaman yang lainnya, karena eksplan yang diambil dari pucuk berbentuk pelepah
yang apabila dilakukan perendaman dengan clorox atau detergent akan menimbulkan
kemungkinan browning dan kontaminasi yang cukup besar. Oleh karena itu pada
tanaman ini sterilisasi yang dilakukan hanya dengan melakukan penyemprotan
dengan alkohol 96 % yang kemudian dibakar diatas lampu bunsen.
Pada divisi inisiasi ini penanam bertugas menyiapkan eksplan
dalam kondisi yang steril sehingga dapat ditumbuhkan pada media yang sesuai
dengan tanaman tersebut.
Inisiasi tanaman Tebu
( Shaccharum officinarum ) :
C. Sterilisasi
eksplan ( diluar laminar ) :
1. Mengambil pucuk
tebu ± 4 ruas
2. Mengupas pelepah
tebu damn memotongnya menjadi lebih kecil ( ± 20 cm )
3. Mencuci dengan air
mengalir
4. Membawa kedalam
Laminar
D. Sterilisasi
eksplan ( didalam laminar ) :
1. Menyemprot eksplan
menggunakan alcohol 96 %
2. Membakar eksplan
yang telah disemprot dengan alcohol pada lampu Bunsen
3. Eksplan siap
ditanam
E..
Inisiasi eksplan :
1. Menyiapkan alat
dan bahan
2. Mengupas pelepah
tebu hingga mendapatkan bagian yang diinginkan
3. Memotong pucuk ±
10 cm
4. Memotong pucuk
menjadi lebih kecil ( 2 cm )
5. Menanam pada media
MS 1
6.
Menyimpan pada ruang pertumbuha
DAFTAR PUSTAKA:
- http://mico0355.webs.com/apps/blog/show/10011843-teknik-pembibitan-tanaman-tebu-melalui-kultur-jaringan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar